Meneropong Tradisi Perempuan Indonesia
الأحد، دجنبر 01، 2002
Oleh : Dewi Ratnawulan Bachtiar
Apakah tradisi yang ada pada kaum perempuan Indonesia bisa dibawa ke alam modern?. Melihat situasi yang berkembang sekarang ini, saya melihat bahwa perempuan Indonesia sudah lebih maju. Hal ini bisa dilihat dari lingkup pekerjaan yang mereka geluti yang meliputi hampir pada seluruh bidang pekerjaan yang bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Sudah banyak perempuan yang tampil di segala bidang ilmu dan ketrampilan serta membuka kesempatan bagi perempuan lainnya untuk mencontoh keberhasilan yang sudah mereka gapai.
Memang anggapan yang memandang bahwa tradisi perempuan Indonesia masih mengakar pada pendapat bahwa perempuan bekerja bukan sebagai pencari nafkah utama terkadang masih terasa, walaupun banyak juga di dalam kenyataannya terdapat beberapa figur perempuan yang berpenghasilan lebih tinggi dari suaminya. Namun kebenaran anggapan ini menjadi nyata ketika kita melihat bahwa bila anak sakit tetaplah perempuan yang mengalah untuk meninggalkan pekerjaaannya. Perempuan juga tetap berusaha untuk menyiapkan makanan dan menyiapkan keperluan suami walaupun mereka berdua sama-sama bekerja.
Saya mendefinisikan kata modern disini bukanlah berarti dalam pengertian bahwa perempuan ingin disamakan haknya dengan laki-laki tanpa memperhitungkan fitrahnya sebagai perempuan. Tetapi adalah lebih baik bila perempuan bekerja, pekerjaannya tersebut mendapatkan penghargaan baik oleh suami, keluarga dan lingkungan sosialnya. Pendefinisian disini saya pandang penting, karena terkadang masih terdapat pemikiran yang berpandangan bahwa modernitas perempuan berarti penyamaan haknya dengan laki-laki. Sehingga didasari oleh alasan ingin bekerja sepanjang tahun, terdapat beberapa kelompok kaum perempuan yang enggan mengandung atau mengurus anak, padahal meneruskan keturunan dan memelihara anak merupakan kewajiban bagi perempuan yang tidak bisa diganggu gugat.
Dilain pihak, karena perempuan seringkali dianggap sebagai mahluk yang lemah, maka bila mereka bekerja terkadang tidak mendapatkan hak yang semestinya (upah yang layak dan fasilitas kesehatan yang minim) dan bahkan tidak jarang terdapat pembedaan dengan laki-laki hanya dengan dasar kodrat kelaki-lakian dan keperempuanannya. Banyak sekali perusahaan yang mempekerjakan perempuan dengan asumsi: kemungkinan untuk menuntut kepada perusahaan bila terjadi persengketaan sangat kecil (seperti upah yang layak dan fasilitas kesehatan yang cukup), sehingga kadangkala hal seperti ini disalahgunakan oleh pihak perusahaan untuk memeras tenaga kaum perempuan untuk bekerja di pabrik dengan waktu istirahat yang pendek.
Kaum perempuan juga tidak bisa sepenuhnya mempergunakan waktunya untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya di luar rumah (tidak seperti laki-laki), karena perempuan harus membagi waktu untuk dirinya dalam memikirkan keluarganya terutama anak-anak. Mengingat fitrahnya sebagai perempuan, maka kaum perempuan memiliki berbagai kelebihan, misalnya perempuan lebih sabar, lebih bisa mengatur waktu, lebih perhatian, tidak emosinal, dan lain sebagainya. Sehingga nampaknya akan lebih baik bila perempuan yang ingin bekerja tidak meninggalkan fitrahnya sebagai perempuan dengan mencari bidang pekerjaan yang sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya sebagai perempuan.
Akan lebih baik lagi jika perempuan mengambil bidang pekerjaan yang waktunya dapat diatur sedemikian rupa, sehingga tidak melupakan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, karena tetaplah yang lebih dituntut dalam membimbing anak dan mengawasinya adalah kaum perempuan. Mungkin kaum perempuan akan lebih cocok berprofesi sebagai pendidik, psikolog atau hanya bekerja paruh waktu, sehingga kesempatan untuk memperhatikan dan mengasuh anak tetap ada dan tersedia sebagaimana mestinya.
Dengan demikian bagaimanapun berhasilnya kaum perempuan, tetaplah yang dilihat adalah: apakah mereka berhasil juga menjadikan generasi penerus yang tangguh yang berbudi pekerti luhur, atau tidak. Jadi terasa sia-sia apabila perempuan berhasil di bidang pekerjaannya sementara anak-anaknya kehilangan kasih sayang, sehingga mereka gagal menjadi generasi penerus yang lebih baik dari sebelumnya. Itulah antara lain tugas terberat kaum perempuan yang harus direnungkan.
Kemodernan kaum perempuan di negara-negara maju, tentu belum lah sesuai dengan kepribadian kita sebagai perempuan Indonesia. Sehingga biar bagaimanapun, banggalah kita sebagai perempuan Indonesia yang masih bisa bekerja di luar rumah dengan tetap menghormati suami (sebagai kepala keluarga) dan keluarga, sebab yang kita lakukan berdampak baik bagi diri sendiri (menambah wawasan), keluarga, dan lingkungan sekitar kita.§
posted by Deptartemen Media Informasi @ 2:02 م,
0 Comments:
Diterbitkan Oleh:
La Mediterranee
Departement Penerbitan dan Teknologi informasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko Periode 2007-2008 ° Penanggung jawab/ Pimpinan Umum: Ketua PPI Maroko: Fauzan Adzim,S.S.I ° Wakil Pimpinan Umum: Arwani Syaerozi, MA ° Design & Layout : Asep Sutisna °Sirkulasi Keuangan : Achmad Suprapto °Distributor : Nasrullah Afandi, Lc.° Alamat Redaksi: 10, Rue Kouass Sect D Yac Al Mansour Kamra, Rabat telp: 0021237790474, hp: +21268916089
My profile
About This Blog
This blog is a multi-author blog devoted to illustration, art, cartooning and drawing. Its purpose is to inspire creativity by sharing links and resources. Albert Einstein said, “The secret to creativity is knowing how to hide your sources,” but what the hell did he know anyway? The site was conceived by John, like all good ideas, while goofing off at work.
Contact Us
This is an open source template, which means that you are free to use it in any way you want to without any obligations. If you decide to use this template, I kindly ask you to leave the "Design by Andreas Viklund" link in the footer. I am also interested in seeing how my templates are used, so feel free to send me an e-mail with a link to your page. If you want more templates to choose from, check out the sites in the "Favorite links" menu to the right!
Good luck with your new design!